Peran Kereta Rel Listrik (KRL) Jogja-Solo sebagai Akselerator Transformasi Kawasan di Pusat Kota (Kasus: Stasiun Tugu Yogyakarta)
DOI:
https://doi.org/10.22487/peweka.v4i2.78Kata Kunci:
KRL Commuter Line, Transformasi Kawasan, Stasiun Tugu, Simpul TransportasiAbstrak
Pengoperasian Kereta Rel Listrik (KRL) Jogja-Solo sejak tahun 2021 merupakan intervensi infrastruktur transportasi signifikan yang menghubungkan Yogyakarta dan Surakarta. Stasiun Tugu, sebagai simpul utama di jantung kota Yogyakarta, menghadirkan kasus unik di mana dampak infrastruktur tidak menciptakan pertumbuhan baru, melainkan berpotensi mempercepat dinamika pada kawasan komersial dan pariwisata yang telah mapan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran KRL dalam proses transformasi sosial, ekonomi, dan spasial di sekitar Stasiun Tugu Yogyakarta. Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan masyarakat lokal, pelaku usaha, dan komuter, yang diperkuat dengan observasi lapangan pada radius 800 meter di sekitar stasiun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan KRL berperan sebagai akselerator yang cukup signifikan. Secara spasial, terjadi peningkatan intensitas pemanfaatan lahan yang ditandai dengan alih fungsi hunian menjadi usaha komersial dan meningkatnya kepadatan bangunan. Dari segi ekonomi, munculnya peluang usaha baru di sektor jasa dan perdagangan turut meningkatkan aktivitas ekonomi lokal, meskipun diiringi dengan peningkatan persaingan. Perubahan ini juga memengaruhi dinamika sosial melalui pergeseran pola mobilitas harian masyarakat dan munculnya persepsi beragam terkait kenyamanan dan keamanan kawasan. Secara kolektif, temuan-temuan ini menggambarkan sebuah proses pemadatan fungsi kawasan yang turut memicu persaingan usaha dan pergeseran ekonomi warga lokal. Kesimpulannya, peran KRL di Stasiun Tugu Yogyakarta teridentifikasi melampaui fungsinya sebagai penyedia moda transportasi, melainkan bertindak sebagai agen yang turut membentuk ulang dinamika kawasan pusat kota. Temuan ini berimplikasi pada pentingnya kebijakan tata ruang yang adaptif untuk mengelola pertumbuhan dan menjaga keseimbangan antara fungsi komersial, pariwisata, dan sosial di kawasan transit utama.
Referensi
Arifin, T. N., Sodikin, & Sari, T. T. (2025). Analisa kinerja operasional KRL Commuter Line jurusan Yogyakarta–Solo. Rang Teknik Journal, 8(2). Retrieved from https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/RANGTEKNIKJOURNAL/article/view/6228/4422
Ayyasi, S., & Dewi, D. I. K. (2024). Karakteristik Pengguna Antarmoda KRL–BRT Transjogja di Kawasan Stasiun Tugu Yogyakarta. Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 13(3), 180-188.
Cervero, R., & Murakami, J. (2010). Effects of built environments on vehicle miles traveled: Evidence from 370 US urbanized areas. Environment and Planning A: Economy and Space, 42(2), 400–418. https://doi.org/10.1068/a4236
Gunawan, Z. A., Miladan, M., & Pujantiyo, B. S. (2023). Kesesuaian Kawasan Stasiun Transit Tugu Yogyakarta Berdasarkan Konsep TOD. Jurnal Desa-Kota, 11(2), 121–134. https://jurnal.uns.ac.id/jdk/article/view/72195
Hafizh, R. (2021). Kereta Rel Listrik Yogyakarta–Solo [Tugas akhir, Universitas Teknologi Yogyakarta].
Hapsari, G. (2022). Analisis kinerja operasi Kereta Rel Listrik Jogja-Solo dan dampak yang dihasilkan terhadap layanan pada lintas Jogja-Solo [Tesis, Universitas Gadjah Mada].
Herwangi, Y., Mardiansjah, F. H., & Widyastuti, S. (2022). Accessibility, land use, and economic activity change in transit-oriented areas in Yogyakarta. Journal of Regional and City Planning, 33(1), 1–16. https://doi.org/10.5614/jpwk.2022.33.1.1
Kuncoro, M. (2018). Perencanaan Pembangunan. Gramedia Pustaka Utama.
Pemerintah Republik Indonesia. (2020). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Rizki, V. A. (2022). Pengaruh penambahan stasiun pemberhentian terhadap perilaku perjalanan penumpang dan penggunaan KRL Yogyakarta Solo [Skripsi, Universitas Gadjah Mada].
Rusqiyati, E. A. (2021). KRL Yogyakarta-Solo Pemantik Pertumbuhan Ekonomi Wilayah. https://www.antaranews.com/berita/1995024/krl-yogyakarta-solo-pemantik-pertumbuhan-ekonomi-wilayah
Sharma, P., & Dehalwar, V. (2025). Transit-oriented development: An economic sustainability perspective in developing countries. Transportation in Developing Economies, 11(2), 45–58. https://doi.org/10.1007/s40890-025-00245-1
Susilowati, F., Chrishnawati, Y., & Puspitasari, E. (2022). Proyeksi Transit Oriented Development oleh Masyarakat di Stasiun Tugu Yogyakarta. Jurnal Transportasi Multimoda. 19. 43-52.
Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2020). Economic Development (Vol. Thirteen Edition). Pearson.
Utomo, S. H. T. (2009). Jalan Rel. Beta Offset Perum Fakultas Teknik UGM.
Zhang, M. (2025). Understanding the economic impacts of rail transit-oriented development: Addressing equity and climate challenges. Urban Rail Transit, 11(1), 34–48. https://doi.org/10.1007/s40864-025-00242-y
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2025 Pawiloy Ramadhani, Deva Fosterharoldas Swasto

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.