Pelemahan Ruang Hidup Masyarakat Lokal Di Destinasi Wisata Gili Trawangan
DOI:
https://doi.org/10.22487/peweka.v3i2.37Kata Kunci:
Pelemahan, ruang hidup, masyarakat lokal, pariwisataAbstrak
Salah satu kawasan yang berkembang dan sudah menjadi tujuan wisatawan domestik dan asing saat ini adalah Gili Trawangan. Berkembangnya suatu destinasi memang menjadi satu capaian yang harus di apresiasi, namun di sisi lain keberhasilan tersebut perlu di waspadai. Azhar (2013) dalam penelitiannya di Desa Ungasan Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung menemukan bahwa justru di balik kesuksesan membangun pariwisata di desa tersebut justru menyisakan sisi gelap pembangunan, yaitu termarjinalkannya masyarakat lokal desa tersebut khususnya dalam kepemilikan dan hak katas tanah. Dalam penelitian ini penulis ingin mengidentifikasi fenomena pelemahan ruang hidup masyarakat lokal akibat perkembangan pariwisata di Gili Trawangan. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi, yaitu melihat fenomena dan realitas yang tampak, kemudian mengkaji penjelasan atau makna yang terkandung di dalamnya dengan mengumpulkan fakta empirik di lapangan (Kahija, 2017). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memang benar terjadi pelemahan ruang hidup masyarakat lokal akibat perkembangan pariwisata di Gili Trawangan. Pelemahan ruang hidup masyarakat lokal disini terjadi karena faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yang di maksud seperti pelemahan secara sosial dan ekonomi, sedangkan faktor tidak langsung adalah akibat kebijakan pemerintah yang paradoksal. Di satu sisi pariwisata dengan segala dinamikanya di harapkan mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat lokal, namun di sisi lain kebijakan tersebut justru berdampak terhadap pelemahan terhadap penguasaan tanah atau ruang hidup masyarakat lokal di Gili Trawangan.
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi, yaitu melihat fenomena dan realitas yang tampak, kemudian mengkaji penjelasan atau makna yang terkandung di dalamnya dengan mengumpulkan fakta empirik di lapangan [2]. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memang benar terjadi pelemahan ruang hidup masyarakat lokal akibat perkembangan pariwisata di Gili Trawangan. Pelemahan ruang hidup masyarakat lokal disini terjadi karena faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yang di maksud seperti pelemahan secara sosial dan ekonomi, sedangkan faktor tidak langsung adalah akibat kebijakan pemerintah yang paradoksal. Di satu sisi pariwisata dengan segala dinamikanya di harapkan mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat lokal, namun di sisi lain kebijakan tersebut justru berdampak terhadap pelemahan penguasaan tanah atau ruang hidup masyarakat lokal di Gili Trawangan.
Referensi
Azhar, M. A. (2013). Marginalisasi Masyarakat di Daerah Pariwisata: Studi Kasus di Desa Ungasan Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, 4, 166-176.
Inda Rosyida, E. (2013). Seks dan Pariwisata: Fenomena Penginapan Esek-esek Songgoriti. Paradigma, 01, 36-45.
Kahija, Y. L. (2017). Penelitian Fenomenologis. Yogyakarta: PT. Kanisius.
Mill, R. C. (2000). Tourism The International Bussiness. Jakarta: PT.Grafindo Persada.
Pitana, I. G., & Gayatri, P. G. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
Xue, L., Kerstetter, D., & Hunt, C. (2017). Tourism development and changing rural identity in China. Annals of Tourism Research, 66, 170-182. doi: https://doi.org/10.1016/j.annals.2017.07.016
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2024 Hadi Abdurrahman, Tri Wahyuningsih, Azizah Putri Abdi, Muhammad Adhim Halim
Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.